Iwan adalah seorang bocah kelas TK yang berteman dengan Daia semenjak kecil. Keduanya tidak terpisahkan karena orangtuanya bersahabat karib. Bermain bersama setiap sore adalah langganan bagi kedua bocah itu.
Suatu saat keduanya dibelikan mainan oleh kedua orangtua masing-masing. Mainan robot-robotan. Mainan yang dimainkan hampir setiap harinya oleh keduanya. Hingga suatu saat, mendasarkan pada keakraban yang terjalin, mainan tersebut saling ditukarkan. Berdua seiya sekata untuk saling menjaga mainan tersebut supaya tidak rusak selama masih bisa. Dan jalinan keakraban tersebut terjalin dengan baik-baik saja.
Selepas pulang dari bermain di TK, Iwan dengan girang menuju ke rumah Daia. Karena kebetulan rumahnya bersebelahan. Berencana bermain robot-robotan itu lagi. Heran dan terkaget, entah dengan alasan apa mainan robot milik Daia rusak, Iwan pun pulang dengan kecewa. Daia hanya melongo tak tahu harus berbuat apa. Karena mereka masih kanak-kanak.
Hingga kesekokan harinya, Iwan enggan bermain dengan Daia, bahkan menyapa pun sungkan. Dan hal itu berlanjut terus. Hingga suatu hari, orang tua Iwan harus pindah keluar kota. Pindah rumah menuruti tugas kantor. Tak ada komunikasi hingga keluarga Iwan menetap di rumah baru, jauh di luar kota dan beranjak dewasa seiring waktu berjalan. Iwan harus melanjutkan belajar di bangku kuliah. Sudah bertahun-tahun lamanya.
*********
Dan saat sore menjelang latihan futsal harus segera dimulai. Daia, mahasiswa komandan klub futsal tingkat fakultas, dikagetkan dengan pendaftaran seorang mahasiswa baru calon pemain futsal. Iwan. Hanya senyum datar yang mengiringi diterimanya Iwan sebagai anggota baru klub futsal mahasiswa tingkat fakultas. Iwan dan Daia tak banyak terlibat perbincangan. Mungkin karena masih kukik atau karena alasan lain yang susah diungkapkan. Waktu terus berlalu, dan dalam sebuah tim futsal sudah selayaknya harus kompak untuk memenangkan pertandingan. Berlatih terus dan melakukan uji coba pertandingan adalah hal yang sering dilakukan oleh tim futsal tersebut. Alhasil dalam sebuah kompetisi antar kampus, tim futsal tersebut menang. Itu juga berkat bantuan kekompakan tim, termasuk di dalamnya Iwan dan Daia.
*********
Begitulah kepercayaan antar orang. Seperti pertukaran mainan. Jika yang satu rusak. Maka kepercayaan yang terjalin antara dua orang itu rusak. Kadang harus menghargai pertengkaran. Karena akan ada persatuan sesudahnya.
Kepercayaan ibarat mainan robot-robotan yang saling ditukarkan satu sama lain. Sedangkan komitmen adalah janji ikatan untuk saling menjaga mainan itu. Konsistensi meliputi bagaimana menjaga mainan itu tetap utuh, tidak cacat. Resiko adalah berpisahnya Iwan dan Daia. Bisa jadi kepercayaan itu tumbuh dengan sendirinya karena melihat bahwa resiko itu terlalu besar untuk ditanggung. Sehingga seseorang tidak mampu untuk menyangganya.
Beginilah rumus kepercayaan seseorang terhadap yang lainnya :
kepercayaan = komitmen + konsistensi – resiko.
Terkadang keputusan seseorang yang telah dipertimbangkan matang-matang tetap bisa memberikan secuil kekecewaan bagi orang lain. Karena kita manusia.
yang berkomentar