Sebuah kerajaan yang kaya raya dimana rakyatnya hampir sejahtera mengalami sebuah dilema. Kali ini bukan masalah pemilihan pemimpin yang bisa mengayomi dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Tetapi kali ini menyangkut pengurusan kekayaan negara. Lebih tepatnya kekayaan alam. Air, listrik, telepon kabel dan masalah transportasi kereta api. Pengurusan kekayaan-kekayaan negara itu ditangani oleh perusahaan-perusahaan besar. Yang memang diatur undang-undang untuk hanya diurusi dan hak pengelolaanya pada satu perusahaan. Karena sumber-sumber alam tersebut sangatlah vital dan penting bagi hajat hidup orang banyak.
Air, merupakan sumber tak terbatas di kerajaan itu. Tanahnya subur dan air melimpah ruah. Memang ada beberapa titik daerah yang kurang subur dan airnya sedikit, apalagi jika musim hujan. Tetapi itu bukan persoalan utama. Listrik, energi utama untuk berbagai aktivitas rakyat di kerajaan itu. Transportasi, pendidikan, pertambangan dan masih banyak lagi. Itu sangat vital. Dengan berbagai sumber kekayaan energi di kerajaan itu, sesungguhnya listrik bukanlah hal yang sulit. Memang ada kendala dalam hal investasi yang cukup banyak. Tetapi itu akan menjadi masalah besar jika tak bisa melakukan manajemen yang baik. Telepon kabel juga hanya diurusi oleh satu perusahaan, sesuai dengan aturan kerajaan. Begitu pula dengan sarana transportasi kereta api.
Secara logika kasat mata perusahaan-perusahaan itu adalah pemain tunggal yang bisa disebut dengan monopoli. Mereka satu-satunya penjual. Tidak ada yang lain. Keuntungan sebesar-besarnya harusnya diperoleh mereka. Ya, bayangkan saja tidak ada pesaing. Bisa leluasa dengan harga. Sehingga keuntungan penuh dari pasar masuk semua ke kantong. Tidak dibagi-bagi. Tetapi apa yang terjadi di lapangan tidaklah demikian. Dan hal inilah yang menjadi permasalahan, seperti yang diutarakan di atas. Sekarang permasalahannya adalah perusahaan-perusahaan monopoli tersebut sebagian besar dalam kondisi sakit. Sakit secara manajemen. Pengelolaan air macet, bahkan di ibukota kerajaan aliran air sempat dihentikan dengan dalih perawatan. Listrik juga, pemadaman bergilir adalah rutinitas di beberapa pulau. Untuk telepon kabel, pembuatan jaringan baru adalah sesuatu yang tidak saja mahal tetapi juga sulit. Dan di lain sisi dalam hal transportasi darat, kecelakaan kereta api masih menjadi momok tersendiri.
***
Sebegitu sederhanakah analisis dan penilaian bahwa perusahaan monopoli yang seharusnya bisa berjaya dan makmur justru memperoleh banyak cemoohan karena buruknya pengelolaan? Sepertinya perlu disimak sedikit ulasan dari segi teori. Ya, teori dari sisi ilmu pengetahuan. Lebih tepatnya dalam teori struktur pasar, berkaitan dengan teori ekonomi. Air, listrik, telepon kabel, transportasi via kereta api, pertambangan, pos dan masih banyak lagi memang bisa dikatakan mempunyai bahan mentah strategis, nilai ekonomis dan secara peraturan dikelola secara monopoli. Jadilah pasar monopoli. Berkebalikan dengan monopsoni. Monopoli hanya ada satu penjual, sedangkan monopsoni ada satu pembeli.
Pertama dari segi permintaan dan harga. Seperti digambarkan pada gambar, kurva 1 permintaan pasar monopoli biasanya menurun dari kiri atas ke kanan bawah, yang berarti bahwa produsen dapat mempengaruhi harga pasar dengan jalan menjual barang produksinya lebih sedikit atau lebih banyak. Semakin banyak barang yang dijual (Q) maka harga barang akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
Kedua dari segi Total Revenue (TR) atau total pendapatan. Sesuai kurva 2, TR pada perusahaan monopoli berbentuk parabola, karena setiap penambahan jumlah produk yang dihasilkan tidak selalu memperbesar TR, melainkan mula-mula makin besar sampai pada titik maksimum, kemudian setelah mencapai titik maksimum TR terus menurun sampai titik nol dan jikalau jumlah produk terus ditambah maka TR menjadi negatif.
Dan dari teori-teori itulah dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perusahaan yang bersifat monopoli belum tentu mendapatkan keuntungan yang besar. Karena mungkin saja struktur biaya produksinya berada di atas harga pasar yang terbentuk. Padahal sebenarnya pada pasar ini, perusahaan monopoli memiliki kemampuan untuk menentukan / merubah harga. Namun demikian tetap saja memiliki keterbatasan dalam penetapan harga, karena kalau terlalu mahal maka orang akan mencari alternatif barang lain. Sehingga wajar saja jika perusahaan monopoli tidak selamnya untung, ada kalanya merugi. Tetapi apakah dalih teoritis bisa dijadikan pemakluman satu-satunya? Belum tentu.
Nah, ketiga paragraf di atas hanyalah secuil dari segi teori. Dimana sebenarnya masih banyak sekali teori lain yang lebih khusus, detail dan asum-asumsi serta batasan. Terlepas dari semua hal itu, ada hal lain yang mungkin patut dipertimbangkan mengapa perusahaan-perusahaan monopoli itu saat ini banyak yang mencibir dengan berbagai kondisi sakitnya. Malahan banyak wacana untuk memprivatisasi atau menjualnya ke asing. Dikelola sendiri tidak mampu? Itu juga terpengaruh kebijakan para petinggi, pejabat dan juragan-juragan pembuat keputusan. Dan ada juga perusahaan monopoli yang sepertinya akan mulai tergeser dengan adanya peraturan bahwa asing boleh mengelola sebuah sumber daya. Dengan kata lain posisi sebagai monopoli akan pelan-pelan tergeser.
Kalau mau dijelentrehkan semua sebenarnya bisa sangat panjang. Dari segi tatanan hukum, orang hukum mungkin akan mengatakan dasar utama aturan perusahaan monopoli pengelola sumber daya yang bernilai ekonomis tersebut adalah pasal 33 UUD 45. Dari aspek ekonomi akan terpengaruh pasar lain selain pasar monopoli. Dari aspek teknis teknologi akan banyak dipertanyakan seberapa kemauan dan kemampuan untuk menciptakan teknologi yang muarah. Ada juga aspek sosial budaya yang terpengaruh. Oh, malah terbawa pemikiran sebegitu rumitnyakah?
Terlena dengan zona nyaman. Analogi sederhana ketika seseorang sudah merasa aman, nyaman sehingga tidak ada target, tujuan atau dalam bahasa lain adalah ambisi, maka cenderung terlena dengan keadaan. Di luar sana, semua sudah bergerak dengan sebegitu dinamisnya. Keadaan sudah berubah dengan drastis, kemajuan di luar sana sudah pesat. Tetapi karena sudah merasa aman dan nyaman dengan kondisi perusahaan, dijamin keberadaanya dengan peraturan tertinggi, gaji pegawai yang selalu naik dan takkan dipecat; malahan bisa menimbulkan sebuah dampak. Kinerja organisasi perusahaan jadi stagnan, kinerja loyo dan kedisiplinan pudar dengan sendirinya. Ya karena seperti apapun kerjanya, ada budaya dan falsafah tersirat tersendiri yang berbunyi “perusahaan monopoli-monopoli itu tidak akan ditutup”. Selama sumber daya bernilai ekonomis masih melekat. Dan karena ditopang berbagai tameng tadi, seperti kebijakan penguasa dan sebagainya. . . .Semoga menjadi cermin!
lah, main monopoli kan sama kayak ngatur negara. pandai-pandai mengatur uang, mengawasi yang sudah dibeli, dll. iya kan?
bukan monopoli mainan bro (doh)
Mengunjungi sahabat yang selalu menulis dengan penuh energi kreatifitas.. Salam hangat….
oohh… monopoli mainan. hohohoho… gw kalah mulu kalo main monopoli sama sodara gw.
[…] Sebuah kerajaan yang kaya raya dimana rakyatnya hampir sejahtera mengalami sebuah dilema. Kali ini bukan masalah pemilihan pemimpin yang bisa mengayomi dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Tetapi kali ini menyangkut pengurusan kekayaan negara. Lebih tepatnya kekayaan alam. Air, listrik, telepon kabel dan masalah transportasi kereta api. Pengurusan kekayaan-kekayaan negara itu ditangani oleh perusahaan-perusahaan besar. […] Baca dari Sumbernya […]
koment dlu bru baca, numpang update n slam peace…. good luck !
Menyapa sahabat pagi hari dalam
mengawali pekan ini dengan penuh kesuksesan, selamat meraih
keberhasilan di pekan ini, salam
kunjungan siank…
tulisan penuh semangat. keep ur style ya kang 🙂
Jadi mesti gimana donk….
mesti mengkoreksi diri sendiri ^_^
Monopoli yang tertuang dalm UUD 45, dah bagus pasalnya , SDM kita layak jual dinegri orang,kenapa kita tidak gunakan sendiri SDM kita itu ? monggo dipenggalih.
kirain lagi mau ngajakin maen monopoli hehe
aduh kalo persoalan yang satu itu siy emangrada dilema juga
kayanya memang perlu tim audit khusus untuk mengawasi perusahaan-perusahaan monopoli negara, supaya kinerjanya tidak terus memburuk.
bukannya menurut undang2 emang harus dikelola oleh negara dan digunakan sebesar – besarnya untuk kemakmuran pejabatnya … ehh… rakyat .
mampir sore2 mase ,
salam kenal,
Asyik lho main monopoli, apalagi menang 😀
kayaknya saya tau tuh nama kerajaannya huruf depannya I belakangnya A bener ga…?
baru sempet jalan-jalan neh mas, lagi sibuk main mafia war hehe sampe2 blog ga keurus
terlalu banyak orang yang pinter kali mas…..sampe-sampe bingung sendiri aku. ujung-ujungnya UU ditafsirkan dengan cara masing-masing. jadi semua merasa paling benar.
hadir mengunjungi sahabat lama…….. maaf nek cuma ngabsen n bikin sampah coment
mantap bos lengkap banget…………
ada banyak faktor yang menyebabkan kenapa kok perusahaan monopoli BUMN tidak berkembang dan malah rugi.. salah satu sebabnya mungkin salah dalam manajemen… Kapal yang bagus aja kalo di nahkodai yang awam pelayaran bisa tenggelam…
Monopoli— mainan ato beneran intiny sama, hanya hasil dan efeknya yang berbeda….. tetap semangat ya?????
monopoli?
maenan itu kan?
gue pernah lo maen itu gak pernah kalah *lho?*
Betul sekali, seharusnya perusahaan monopoli bisa memiliki keuntungan yang besar dan keuntungan dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan atau meningkatkan kualitas pelayanan. Kalau yang terjadi sebaliknya berarti ada sesuatu yang memang perlu dibenahi dari dalam.
Kalo engga monopoli mungkin bangsa Indonesia lebih susah..
karena itu kan menyangkut hajat hidup orang banyak..
Salam Takzim
Pelestari air janganlah kau monopoli, karena air adalah hak bagi seluruh rakyat, demikian juga para pemasok jangan kau hindari kebutuhan pasokan.
Salam Takzim Batavusqu
absen sore nih mau pulang, pokoknya monopoli tidak sehat
hmmm… sepertinya kembali lagi pada kualitas sdm lagi ya…? teknologi maju, sumber daya alam melimpah, manusianya terjebak pada comfort zone..? yah sudahlah.. 😦
analisisnya dalam euy. keren bro. mestinya secara umum c perusahaan yg menjalankan monopoli emang berjaya. tapi sistem dan kualitas SDM yang buruk, memang dapat berpengaruh dalam kejayaan sebuah perusahaan
sama niy, numpang lewat, BW jg. artikelnya bagus, kapan bahas kapitalisme?.. ^_^
kirain permainan tadi??
he3
apakah harus tetap di monopoli oleh mereka yang katanya slalu merugi… Atau apa perlu ada perubahan…
[…] Terlepas dari itu semua, yang diharapkan masyarakat pada umumnya adalah PT KAI sebagai perusahaan monopoli milik pemerintah bisa selalu meningkatkan pelayanannya. Subkontrak yang dipilih sebagai strategi […]