Tidak semua wilayah di Indonesia mempunyai sistem sosial yang sama ketika membicarakan mengenai tatanan sosial bernama RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga). Karena memang Indonesia kaya akan budaya, bermacam-macam. Ada wilayah-wilayah tertentu dimana sistem sosial yang tidak berada dalam koridor pemerintahan di bawah kelurahan itu bernama RW, kemudian RT dan lalu keluarga serta individu. Tapi ada juga tambahan di wilayah tertentu, yaitu dukuh atau Pedukuhan. Itu adalah kumpulan dari beberapa RT, mungkin karena saking banyaknya. Di lain tempat juga ada yang menyebutnya dengan dusun. Yang tanpa RW juga ada, misalnya beberapa lokasi di Kab Bantul DIY; di bawah kelurahan, langsung pedukuhan. Sebetulnya tugas Ketua RT dan RW itu cukup krusial dan penting. Tapi seperti diketahui bersama, tugas yang sebetulnya cukup berat itu tanpa gaji resmi dari pemerintah. Misalnya terjadi kasus semacam dugaan terorisme dan pabrik narkoba oleh seorang warga yang mengontrak rumah di sebuah wilayah tertentu, maka ketua RT dan RW selayaknya mengetahui semua data warganya. Jika ada sebuah perusahaan yang akan membuat acara semacam demo memasak pun selayaknya harus minta ijin ketua RT atau RW. Begitu juga dengan kampanye kebersihan lingkungan, kerjabakti, lomba tujuhbelasan, jadwal PKK dan data anak kos serta warga baru setempat semestinya ketua RT dan RW setempat memilikinya.
Memang organisasi terkecil dari sebuah sistem pemerintahan adalah keluarga. Tapi kualitas keluarga juga mendapat pengaruh dari lingkungan luar, salah satunya lingkungan RT dan RW sekitarnya. Salut buat ketua RT dan RW yang sukarela melaksanakan tugas cukup berat itu. Walaupun tentu ada perbedaan kondisi tersebut antara di desa dan kota. Mungkin di beberapa wilayah kota yang warganya cukup elit, akan banyak intensif tertentu bagi ketua RT dan RW-nya. Misalnya ketika jadwal ronda digantikan dengan iuran sejumlah nominal tertentu. Tapi di kampung atau desa, jabatan itu bukan diperebutkan karena lebih besar tanggungjawab sosialnya. Di kota yang cukup padat, kontrol sosial RT RW jadi seperti berkurang karena mungkin masyarakatnya sangat banyak dan sibuk, jadi seperti tak cukup kenal satu sama lain. Di kampung atau desa tidak demikian karena nuansa kekeluargaannya lebih kental. Dan jika pun kemudian ada usulan sistem gaji resmi dari pemerintah kepada ketua RT RW maka akan menjadi dilema. Di satu sisi bisa jadi rebutan karena pemilihan kepala daerah saja selama ini sering kisruh. Dan akan mengurangi sisi kelebihan masyarakat Indonesia yang suka ramah tamah dan bersukarela. Di sisi lain mungkin akan menambah sisi tanggungjawab terhadap kontrol sosial yang ada. Pun begitu apapun keadaannya sekarang, hormatilah ketua RT dan RW setempat. Menjalin silaturahmi dan saling menghargai demi terciptanya lingkungan yang aman, tentram dan bersih. Ikutilah kerjabakti setempat, kenal dengan tetangga kanan kiri dan seterusnya.
jika ingin menginal lebih dari 1x24jam lapor rt atau rw setempat, heheh
Salam,
aku juga kepingin jadi ketua RT tapi belum kesampaian.
[…] Kang Nurrahman […]
Salam Takzim
Wah kalau di Jakarta RT dapat apresiasi kang, Rp. 300.000 sebulan kalau RW Rp. 500.000/bulan
Mangkanya saat pemilihan banyak saingannya hahaha, beda dengan di daerah ya
Salam Takzim Batavusqu
lumayan juga yah 😀
Jadi RT atau RW menurut saya biasa saja. Tapi setelah kemarin suami saya terpilih jadi RW saya jadi bingung karena setiap tindakan saya jadi perbincangan orang. Misalnya yang biasanya saya keluar rumah cuek dengan celana pendek dan kaos oblong sekarang jadi gak nyaman karena banyak yang komentar gak enak.
ya barangkali itulah risiko alias bagian dari amanah tanggungjawab :D. karena menurut pendapat pribadi, ketua RT RW kn juga adalah pemimpin . . .
aturan2 yang di berlakukan di dalam organisasi rt apa yah? (maaf ini pertnyaan ini tugas pkn sekolah anak saya
setau saya setiap daerah punya aturan berbeda, mulai dari pemilihan ketua RT hingga norma yg berlaku 🙂
enak di jakarta jadi rt atau rw seperti pegawai di semarang uang operasional setahun 240 rb saja di hapus realisasinya……. gimana pak…. pak………
Hidup pak RT ….. hidup Pak RW ………. Hidup……………………..