Rumah Kaca adalah seri keempat dari Tetralogi Pulau Buru. Rumah Kaca adalah seri yang paling berbeda dari ketiga seri sebelumnya; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah. Sebab sudut pandang orang pertama penulis adalah bukan lagi Minke. Minke yang akhirnya diasingkan di pembuangan tak bisa berjuang lagi. Seorang pribumi yang berhasil menyingkirkan Minke bernama Jacques Pangemanann. Melalui Rumah Kaca inilah kemudian Tuan Pangemanann menceritakan kisah selanjutnya dari perjalanan hidup seorang Minke. Beserta segala kisah hidupnya sendiri dimana meskipun ia sukses menyingkirkan Minke hingga mengawalnya pada masa hampir pembebasan, tetapi Tuan Pangemanann juga banyak mengalami kegagalan dalam hidup pribadinya. Termasuk berpisah dengan anak dan istrinya, dan skandal yang melibatkan wanita. Serta rasa bersalah yang terus membayanginya. Sebab meskipun ia pribumi yang taat pada perintah kolonial, secara pribadi mengagumi sosok seorang Minke.
Rumah Kaca memperlihatkan usaha kolonial memukul semua kegiatan kaum pergerakan dalam sebuah operasi pengarsipan yang rapi. Arsip adalah mata radar Hindia yang ditaruh di mana-mana untuk merekam apa pun yang digiatkan aktivitas pergerakan itu.
Nice post….
dari keempat tetralogi ini, saya baru baca yg pertama : bumi manusia. tapi malas rasanya untuk melanjutkan yg berikut2nya. alasannya kenapa, koq klo baca novel itu ga akan muncul ide baru . rasanya kurang produktif klo bacanya novel.
tapi, tetep masih pengen lanjut baca sisa tetralogi-nya, pak 😀
ide baru bisa diperoleh dari novel sejarah seperti Tetralogi Pulau Buru 😀
salam kenal ya..
bagus sekali artikelnya, thx
waa ini pasti karya nya pak pramoedya anantatoer! mau-mau-mau!
suka Pak Pram ya? wah susah banget cari bukunya di sini? bisa pinjem gak? hehe. oia salam kenal ya dari Samarinda
alternatif nya bisa beli via online hehehe, salam balik dari Jogja
ohh jadi gtu rumah kaca